- menurut majid 2011 Secara makro pengembangan karakter melalui active learning dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
- Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran active learning dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan: (1) filosofis – Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahuin 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya;(2) pertimbangan teoritis- teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi) dan sosial-kultural; dan (3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh, sekolah unggulan, pesantren, kelompok kultural dll.
- Pada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar (learning experiences) dengan pendekatan active learning dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. pemberdayaan dilakukan dengan memotifasi, menanamkan pilar pendidikan karakter, dan membina agar remaja memahami pilar pendidikan karakter kemudian pembudayaan dilakukan dengan menanamkan pilar pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
- Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen yang terintergrasi mencakup penilaian proses dimana active learning terpantau sekaligus untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk menditeksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter melalui active learning itu berhasil dengan baik.
TECNO MANDIRI INTERNASIONAL
Saturday, 20 July 2013
strategi pengembangan pendidikan karakter makro
fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja
Fungsi Pendidikan Karakter
UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3 yangmenyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan
kehidupan bangsa. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kita memerlukanpendidikan
yang berbasis karakter.Menurut Elkind & Sweet (Kemendiknas 2010:
13),pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
“
character education is the
deliberate effort to help people understand, care about,and act upon core
ethical values. When we think about the kind of character we
want for our children, it is clear that we want them to be able to
judge what is right, caredeeply about what is right, and then do what they
believe to be right, even in the faceof pressure from without an
d temptation from within”
.
Pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah usaha yangdisengaja untuk membantu orang
memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita
berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas
bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, sangatpeduli tentang apa yang benar, dan kemudian
melakukan apa yang mereka yakinisebagai benar, bahkan dalam menghadapi
tekanan dari luar dan godaan dari dalamMenurut T. Ramli dalam Asmani (2003:32),
pendidikan karakter memiliki esensidan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannyaadalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,dan
warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter
dalamkonteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai- nilailuhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinakepribadian
generasi muda.Sementara itu, menurut Buchori (Muslich, 2011:87), pendidikan
karakterseharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilaisecara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Jika dibahas satu-persatuapa saja yang termasuk dalam pendidikan yang berbasis
karakter, pendidikan berbasis
merupakan aspek yang harus
ditanamkan kepada peserta didik agar biasbertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip moral. Seseorang harus memiliki enam aspek emosi agar bias
menjadi manusia yang berkarakter. Enam aspek tersebut meliputinurani, percaya
diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dankerendahan hati.
Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek
moral feeling
adalahdengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya
memberikan komitmenterhadap nilai-nilai moral (muslich, 2011:135).c.
2.1 Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal
itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,
sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,
pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam
bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas,
dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi
dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu
perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan
keresahan pada masyarakat.
2.2 fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja
menurut Buchori (Muslich, 2011 ) fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3.
fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk
karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik
menjadi baik.
menurut Buchori (Muslich, 2011 ) pada fungsi rehabilitasi, indikator pendidikan karakter dapat dikatakan mengatasi kenakalan remaja yaitu
1. pendidikan karakter yang diterapkan berdampak pada pengurangan jumlah anak yang melakukan kanakalan remaja
2. terjadi perubahan perilaku anak yang berperilaku negatif menjadi lebih baik
3. remaja memahami segala peraturan yang berlaku disekelilingnya
4. pandangan remaja terhadap hukum atau aturan disekelilingnya menjadi positif
Dari penjelasan di atas maka dapat
di artikan bahwa Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi. Yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila. Kemudian fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik,
kemudian memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur dan
fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja
Fungsi Pendidikan Karakter
UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 3 yangmenyebutkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk
karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan
kehidupan bangsa. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kita memerlukanpendidikan
yang berbasis karakter.Menurut Elkind & Sweet (Kemendiknas 2010:
13),pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
“
character education is the
deliberate effort to help people understand, care about,and act upon core
ethical values. When we think about the kind of character we
want for our children, it is clear that we want them to be able to
judge what is right, caredeeply about what is right, and then do what they
believe to be right, even in the faceof pressure from without an
d temptation from within”
.
Pernyataan tersebut menjelaskan
bahwa pendidikan karakter adalah usaha yangdisengaja untuk membantu orang
memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita
berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas
bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, sangatpeduli tentang apa yang benar, dan kemudian
melakukan apa yang mereka yakinisebagai benar, bahkan dalam menghadapi
tekanan dari luar dan godaan dari dalamMenurut T. Ramli dalam Asmani (2003:32),
pendidikan karakter memiliki esensidan makna
yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannyaadalah
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,dan
warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter
dalamkonteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai- nilailuhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinakepribadian
generasi muda.Sementara itu, menurut Buchori (Muslich, 2011:87), pendidikan
karakterseharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilaisecara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Jika dibahas satu-persatuapa saja yang termasuk dalam pendidikan yang berbasis
karakter, pendidikan berbasis
merupakan aspek yang harus
ditanamkan kepada peserta didik agar biasbertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip moral. Seseorang harus memiliki enam aspek emosi agar bias
menjadi manusia yang berkarakter. Enam aspek tersebut meliputinurani, percaya
diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dankerendahan hati.
Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek
moral feeling
adalahdengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya
memberikan komitmenterhadap nilai-nilai moral (muslich, 2011:135).c.
2.1 Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal
itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,
sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,
pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam
bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas,
dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi
dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu
perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan
keresahan pada masyarakat.
2.2 Ciri-Ciri Kenakalan Remaja
Ada beberapa ciri-ciri anak yang melakukan kenakalan remaja seperti
(1) ngebut, (2) pornografi, (3) pengrusakan barang rang lain, (4) geng,
(5) berpakaian sembarangan, dan (6) mengganggu orang lain. Berikut ini
penjelasan mengenai ciri-ciri kenakalan remaja yang sekarang sedang
marak terjadi.
(1) Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang
melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mengganggu
bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
(2) Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk
gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang
dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu
seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal
internet dan handphone) dan sebagainya.
(3) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap
barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret
yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan
sebagainya.
(4) Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan
yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian
acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang
mengarah pada perbuatan anarkis.
(5) Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan
lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang
serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang
sopan di mata lingkunganya.
(6) Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya,
jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara
untuk dijahili.
2.3 Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja
antara lain adalah (1) keluarga, (2) pergaulan, (3) pendidikan, dan (4)
waktu luang. Secara rinci penjelasan masing-masing faktor yang
menyebabkan timbulnya kenakalan remaja tersebut sebagai beriku.
(1) Keluarga
Hal inilah yang paling rentan . kenapa paling rentan ? Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak dididik dan ditempa . Cara pendidikan
yang diterapkan oleh orang tua akan sangat berpengaruh pada
perkembangan anak di masa yang akan datang . Namun cara mendidik disini
tidak terlalu otoriter , tegas , permisif , maupun demokratis melainkan
cara pendidikan tersebut digunakan secara seimbang dan sesuai kebutuhan .
Apabila orang tua terlalu otoriter dan tegas maka anak dan remaja
akan berusaha mencari – cari celah utuk melakukan pemberontakan maupun
perlawanan-perlawanan dalam bentuk yang lain dari anak sebagi sikap
protes atas tindakan orang tuanya .
Orang tua yang terelalu permisif maka membuat sang anak akan berusaha
mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang sebagaian
besar pada akhirnya baik disadari maupun tidak oleh remaja mereka akan
menjurus ke dalam kenakalan remaja maupun ada yang lebih parah ke dalam
tindak krimnalitas .
Kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis juga akan
sulit dilakukan karena jika hanya berdemokrasi maka anak akan terbiasa
mengeluarkan pendapat semaunya tanpa melihat kondisi orang sekitar dan
bahkan akan terbawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa .
Selain cara mendidik ada faktor lain yang dapat memicu kenakalan
remaja ini yaitu perhatian yang diterima remaja . Perhatian ini sangat
berpengaruh karena semaikin rendah perhatian yang diterima maka
kecenderungan timbulnya kenakalan remaja akan semakin tinggi . Yang
mempengaruhi besar kecilnya perhatian yang diterima remaja antara lain
pekerjaan orang tua , keutuhan keluarga , dan hubungan keluarga dengan
lingkungan .
Pekerjaan orang tua akan sangat berpengaruh kepada perkembangan
remaja . Orang tua yang sibuk untuk mencari nafkah di luar rumah dan
kurang memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kurangnya
perhatian yang akan diterima oleh remaja tersebut . Kurangnya perhatian
inilah yang mendorong remaja untuk mencari sensasi dengan cara melakukan
perbuatan yang menyimpahg .
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap
kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal
datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur
keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga . Hal ini dikarenakan
dengan kurang utuhnya keluarga perhatian yang akan diterima remaja akan
semakin rendah . Yang secara otomatis akan memicu kenakalan remaja .
Hubungan keluarga dengan lingkungan akan berpengaruh besar kepada
perkembangan remaja . Keluarga yang tidak diterima oleh lingkungan akan
menyebabkan kenakalan remaja akan meningkat di keluarga tersebeut
sebagai akibat terkekangnya dan terhambatnya akses informasi remaja
terhadap lingkungan sekitar .
(2) Pergaulan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai
mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari
kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu,
anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak
orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini
bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada
orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai
teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini
adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan
itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan
tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si
anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun
orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi.
Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa
kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar.. Pengaruh kawan sering
diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan
selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila
sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun
akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya
pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang
ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja
hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya
bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak
benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari
akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila
kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila
kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya,
tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan
kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan
mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral,
pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
(3) Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas
orangtua kepada anak Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai,
pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula
latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga
agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau
dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar
tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan
bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama serta alasan
seorang anak harus mengikuti agama orangtua.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir
masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua
hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak
berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan
kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang
tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan
kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang
sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan
berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang
berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit
pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan
akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama
dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan
mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah
disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai
dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak
tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah
pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai
dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh
dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
(4) Waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah
dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka
bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini
terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu
luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan
kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun,
jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu.
Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang
dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng
berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat
membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya
kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering
pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam
masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup
anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan
pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka
terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.
Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan
merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam
memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan
mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada
kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas
kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang
berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya
pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja,
ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya
jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya
tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya
juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan
materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh
karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan
keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini
hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga
dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble,
monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa
tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan
malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Selain itu, dihari
libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang,
jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.
2.4 Peran Orang Tua
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari
nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat
mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja
banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya
dapat memberikan langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua
guna mencegah dan menangani masalah ini yaitu (1) kasih sayang, (2)
kebebasan, (3) pergaulan anak, (4) pengawasan pada media, (5) bimbingan,
(6) pembelajaran agama, (7) dukungan pada hobi, dan (8) orang tua
sebaga tempat berkeluh kesah. Adapun penjelasan lebih rinci dari peran
orang tua tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Pemberian kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
(2) Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang.
Contohnya: orang tua boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang
masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan orang tua dia telah
melewati batas yang sewajarnya, orang tua sebagai orangtua perlu
memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia
terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
(3) Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya
beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila orang
tua membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya
dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa
terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
(4) Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
(5) Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah
tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
(6) Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini,
seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman
kepercayaannya.
(7) Orang tua perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu
masih positif untuk dia. Jangan pernah orang tua mencegah hobinya maupun
kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat
Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
(8) Orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak
anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi
masalah.
fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja
menurut Buchori (Muslich, 2011 ) fungsi pendidikan karakter adalah fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3. fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2.1 Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam
masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal
itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat
mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,
sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan
dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang,
pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam
batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam
bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu
kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas,
dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut
tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi
dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu
perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan
keresahan pada masyarakat.
2.2 Ciri-Ciri Kenakalan Remaja
Ada beberapa ciri-ciri anak yang melakukan kenakalan remaja seperti
(1) ngebut, (2) pornografi, (3) pengrusakan barang rang lain, (4) geng,
(5) berpakaian sembarangan, dan (6) mengganggu orang lain. Berikut ini
penjelasan mengenai ciri-ciri kenakalan remaja yang sekarang sedang
marak terjadi.
(1) Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang
melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mengganggu
bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
(2) Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk
gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang
dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu
seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal
internet dan handphone) dan sebagainya.
(3) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap
barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret
yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan
sebagainya.
(4) Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan
yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian
acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang
mengarah pada perbuatan anarkis.
(5) Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan
lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang
serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang
sopan di mata lingkunganya.
(6) Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya,
jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara
untuk dijahili.
2.3 Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja
antara lain adalah (1) keluarga, (2) pergaulan, (3) pendidikan, dan (4)
waktu luang. Secara rinci penjelasan masing-masing faktor yang
menyebabkan timbulnya kenakalan remaja tersebut sebagai beriku.
(1) Keluarga
Hal inilah yang paling rentan . kenapa paling rentan ? Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak dididik dan ditempa . Cara pendidikan
yang diterapkan oleh orang tua akan sangat berpengaruh pada
perkembangan anak di masa yang akan datang . Namun cara mendidik disini
tidak terlalu otoriter , tegas , permisif , maupun demokratis melainkan
cara pendidikan tersebut digunakan secara seimbang dan sesuai kebutuhan .
Apabila orang tua terlalu otoriter dan tegas maka anak dan remaja
akan berusaha mencari – cari celah utuk melakukan pemberontakan maupun
perlawanan-perlawanan dalam bentuk yang lain dari anak sebagi sikap
protes atas tindakan orang tuanya .
Orang tua yang terelalu permisif maka membuat sang anak akan berusaha
mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang sebagaian
besar pada akhirnya baik disadari maupun tidak oleh remaja mereka akan
menjurus ke dalam kenakalan remaja maupun ada yang lebih parah ke dalam
tindak krimnalitas .
Kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis juga akan
sulit dilakukan karena jika hanya berdemokrasi maka anak akan terbiasa
mengeluarkan pendapat semaunya tanpa melihat kondisi orang sekitar dan
bahkan akan terbawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa .
Selain cara mendidik ada faktor lain yang dapat memicu kenakalan
remaja ini yaitu perhatian yang diterima remaja . Perhatian ini sangat
berpengaruh karena semaikin rendah perhatian yang diterima maka
kecenderungan timbulnya kenakalan remaja akan semakin tinggi . Yang
mempengaruhi besar kecilnya perhatian yang diterima remaja antara lain
pekerjaan orang tua , keutuhan keluarga , dan hubungan keluarga dengan
lingkungan .
Pekerjaan orang tua akan sangat berpengaruh kepada perkembangan
remaja . Orang tua yang sibuk untuk mencari nafkah di luar rumah dan
kurang memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kurangnya
perhatian yang akan diterima oleh remaja tersebut . Kurangnya perhatian
inilah yang mendorong remaja untuk mencari sensasi dengan cara melakukan
perbuatan yang menyimpahg .
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap
kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal
datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur
keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga . Hal ini dikarenakan
dengan kurang utuhnya keluarga perhatian yang akan diterima remaja akan
semakin rendah . Yang secara otomatis akan memicu kenakalan remaja .
Hubungan keluarga dengan lingkungan akan berpengaruh besar kepada
perkembangan remaja . Keluarga yang tidak diterima oleh lingkungan akan
menyebabkan kenakalan remaja akan meningkat di keluarga tersebeut
sebagai akibat terkekangnya dan terhambatnya akses informasi remaja
terhadap lingkungan sekitar .
(2) Pergaulan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu
bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai
mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari
kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu,
anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak
orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini
bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada
orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai
teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini
adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan
itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan
tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si
anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun
orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi.
Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa
kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar.. Pengaruh kawan sering
diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan
selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila
sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun
akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya
pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang
ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja
hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya
bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak
benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari
akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila
kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila
kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya,
tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan
kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan
mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral,
pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
(3) Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas
orangtua kepada anak Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai,
pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula
latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga
agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau
dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar
tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan
bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama serta alasan
seorang anak harus mengikuti agama orangtua.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir
masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua
hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak
berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan
kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang
tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan
kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang
sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan
berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang
berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit
pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan
akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama
dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan
mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah
disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai
dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak
tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah
pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai
dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh
dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
(4) Waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah
dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka
bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini
terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu
luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan
kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun,
jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu.
Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang
dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng
berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat
membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya
kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering
pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam
masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup
anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan
pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka
terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.
Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan
merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam
memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan
mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada
kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas
kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang
berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya
pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja,
ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya
jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya
tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya
juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan
materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh
karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan
keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini
hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga
dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble,
monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa
tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan
malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Selain itu, dihari
libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang,
jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.
2.4 Peran Orang Tua
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari
nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat
mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja
banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya
dapat memberikan langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua
guna mencegah dan menangani masalah ini yaitu (1) kasih sayang, (2)
kebebasan, (3) pergaulan anak, (4) pengawasan pada media, (5) bimbingan,
(6) pembelajaran agama, (7) dukungan pada hobi, dan (8) orang tua
sebaga tempat berkeluh kesah. Adapun penjelasan lebih rinci dari peran
orang tua tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Pemberian kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
(2) Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang.
Contohnya: orang tua boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang
masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan orang tua dia telah
melewati batas yang sewajarnya, orang tua sebagai orangtua perlu
memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia
terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
(3) Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya
beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila orang
tua membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya
dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa
terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
(4) Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
(5) Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah
tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
(6) Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini,
seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman
kepercayaannya.
(7) Orang tua perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu
masih positif untuk dia. Jangan pernah orang tua mencegah hobinya maupun
kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat
Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
(8) Orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak
anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi
masalah.
fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja
menurut Buchori (Muslich, 2011 ) fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3.
fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk
karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik
menjadi baik.
pada fungsi rehabilitasi, indikator pendidikan karakter dapat dikatakan mengatasi kenakalan remaja yaitu
1. pendidikan karakter yang diterapkan berdampak pada pengurangan jumlah anak yang melakukan kanakalan remaja
2. terjadi perubahan perilaku anak yang berperilaku negatif menjadi lebih baik
3. remaja memahami segala peraturan yang berlaku disekelilingnya
4. pandangan remaja terhadap hukum atau aturan disekelilingnya menjadi positif
Subscribe to:
Posts (Atom)