Saturday 20 July 2013

strategi pengembangan pendidikan karakter makro

  1. menurut majid 2011 Secara makro pengembangan karakter melalui active learning dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan,  pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
  2. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran active learning dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan: (1) filosofis – Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahuin 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya;(2) pertimbangan teoritis- teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi) dan sosial-kultural;  dan (3) pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh, sekolah unggulan, pesantren, kelompok kultural dll.
  3. Pada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar (learning experiences) dengan pendekatan active learning dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. pemberdayaan dilakukan dengan memotifasi, menanamkan pilar pendidikan karakter, dan membina agar remaja memahami pilar pendidikan karakter kemudian pembudayaan dilakukan dengan menanamkan pilar pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen yang terintergrasi mencakup penilaian proses dimana active learning terpantau sekaligus untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk menditeksi  aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter melalui active learning itu berhasil dengan baik.

fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja


Fungsi Pendidikan  Karakter
UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yangmenyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kita memerlukanpendidikan yang berbasis karakter.Menurut Elkind & Sweet (Kemendiknas 2010: 13),pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
character education is the deliberate effort to help people understand, care about,and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want  for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, caredeeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the faceof pressure from without an
d temptation from within”
.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yangdisengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, sangatpeduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakinisebagai benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalamMenurut T. Ramli dalam Asmani (2003:32), pendidikan karakter memiliki esensidan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannyaadalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalamkonteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai- nilailuhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinakepribadian generasi muda.Sementara itu, menurut Buchori (Muslich, 2011:87), pendidikan karakterseharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilaisecara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Jika dibahas satu-persatuapa saja yang termasuk dalam pendidikan yang berbasis karakter, pendidikan berbasis

 
merupakan aspek yang harus ditanamkan kepada peserta didik agar biasbertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Seseorang harus memiliki enam aspek emosi agar bias menjadi manusia yang berkarakter. Enam aspek tersebut meliputinurani, percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dankerendahan hati. Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek 
moral feeling
adalahdengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmenterhadap nilai-nilai moral (muslich, 2011:135).c.


2.1  Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial  yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.
 
2.2 fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja 
menurut Buchori (Muslich, 2011 )  fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi 
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3. fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik menjadi baik.
 
menurut Buchori (Muslich, 2011 ) pada fungsi rehabilitasi, indikator pendidikan karakter dapat dikatakan mengatasi kenakalan remaja yaitu 
 1. pendidikan karakter yang diterapkan berdampak pada pengurangan jumlah anak yang melakukan kanakalan remaja
 2. terjadi perubahan perilaku anak yang berperilaku negatif menjadi lebih baik
3. remaja memahami segala peraturan yang berlaku disekelilingnya
4. pandangan remaja terhadap hukum atau aturan disekelilingnya menjadi positif
 
Dari penjelasan di atas maka dapat di artikan bahwa Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Kemudian fungsi pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, kemudian memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur dan

 

fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja




Fungsi Pendidikan  Karakter

UU No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yangmenyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kita memerlukanpendidikan yang berbasis karakter.Menurut Elkind & Sweet (Kemendiknas 2010: 13),pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:
character education is the deliberate effort to help people understand, care about,and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want  for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, caredeeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the faceof pressure from without an
d temptation from within”
.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yangdisengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, sangatpeduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakinisebagai benar, bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalamMenurut T. Ramli dalam Asmani (2003:32), pendidikan karakter memiliki esensidan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannyaadalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalamkonteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai- nilailuhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinakepribadian generasi muda.Sementara itu, menurut Buchori (Muslich, 2011:87), pendidikan karakterseharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilaisecara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Jika dibahas satu-persatuapa saja yang termasuk dalam pendidikan yang berbasis karakter, pendidikan berbasis

 
merupakan aspek yang harus ditanamkan kepada peserta didik agar biasbertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Seseorang harus memiliki enam aspek emosi agar bias menjadi manusia yang berkarakter. Enam aspek tersebut meliputinurani, percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dankerendahan hati. Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek 
moral feeling
adalahdengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmenterhadap nilai-nilai moral (muslich, 2011:135).c.



2.1  Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial  yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

2.2  Ciri-Ciri Kenakalan Remaja
Ada beberapa ciri-ciri anak yang melakukan kenakalan remaja seperti (1) ngebut, (2) pornografi, (3) pengrusakan barang rang lain, (4) geng, (5) berpakaian sembarangan, dan (6) mengganggu orang lain. Berikut ini penjelasan mengenai ciri-ciri kenakalan remaja yang sekarang sedang marak terjadi.
(1)     Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mengganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
(2)     Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya.
(3)     Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
(4)     Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
(5)     Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
(6)     Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dijahili.

2.3  Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja antara lain adalah (1) keluarga, (2) pergaulan, (3) pendidikan, dan (4) waktu luang. Secara rinci penjelasan masing-masing faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja tersebut sebagai beriku.
(1)     Keluarga
Hal inilah yang paling rentan . kenapa paling rentan ? Keluarga merupakan tempat pertama kali anak dididik dan ditempa . Cara pendidikan yang diterapkan oleh orang tua akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak di masa yang akan datang . Namun cara mendidik disini tidak terlalu otoriter , tegas , permisif , maupun demokratis melainkan cara pendidikan tersebut digunakan secara seimbang dan sesuai kebutuhan .
Apabila orang tua terlalu otoriter dan tegas maka anak dan remaja akan berusaha mencari – cari celah utuk melakukan pemberontakan maupun perlawanan-perlawanan dalam bentuk yang lain dari anak sebagi sikap protes atas tindakan orang tuanya .
Orang tua yang terelalu permisif maka membuat sang anak akan berusaha mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang sebagaian besar pada akhirnya baik disadari maupun tidak oleh remaja mereka  akan menjurus ke dalam kenakalan remaja maupun ada yang lebih parah ke dalam tindak krimnalitas .
Kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis juga akan sulit dilakukan karena jika hanya berdemokrasi maka anak akan terbiasa mengeluarkan pendapat semaunya tanpa melihat kondisi orang sekitar dan bahkan akan terbawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa .
Selain cara mendidik ada faktor lain yang dapat memicu kenakalan remaja ini yaitu perhatian yang diterima remaja . Perhatian ini sangat berpengaruh karena semaikin rendah perhatian yang diterima maka kecenderungan timbulnya kenakalan remaja akan semakin tinggi .  Yang mempengaruhi besar kecilnya perhatian yang diterima remaja antara lain pekerjaan orang tua , keutuhan keluarga , dan hubungan keluarga dengan lingkungan .
Pekerjaan orang tua akan sangat berpengaruh kepada perkembangan remaja . Orang tua yang sibuk untuk mencari nafkah di luar rumah dan kurang memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kurangnya perhatian yang akan diterima oleh remaja tersebut . Kurangnya perhatian inilah yang mendorong remaja untuk mencari sensasi dengan cara melakukan perbuatan yang menyimpahg .
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga . Hal ini dikarenakan dengan kurang utuhnya keluarga perhatian yang akan diterima remaja akan semakin rendah . Yang secara otomatis akan memicu kenakalan remaja .
Hubungan keluarga dengan lingkungan akan berpengaruh besar kepada perkembangan remaja . Keluarga yang tidak diterima oleh lingkungan akan menyebabkan kenakalan remaja akan meningkat di keluarga tersebeut sebagai akibat terkekangnya  dan terhambatnya akses informasi remaja terhadap lingkungan sekitar .

(2)     Pergaulan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar.. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
(3)     Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
(4)     Waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.

2.4  Peran Orang Tua
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya dapat memberikan langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua guna mencegah dan menangani masalah ini yaitu (1) kasih sayang, (2) kebebasan, (3) pergaulan anak, (4) pengawasan pada media, (5) bimbingan, (6) pembelajaran agama, (7) dukungan pada hobi, dan (8) orang tua sebaga tempat berkeluh kesah. Adapun penjelasan lebih rinci dari peran orang tua tersebut adalah sebagai berikut.
(1)     Pemberian kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
(2)     Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Contohnya: orang tua boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan orang tua dia telah melewati batas yang sewajarnya, orang tua sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
(3)     Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila orang tua membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
(4)     Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
(5)     Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
(6)     Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
(7)     Orang tua perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah orang tua mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
(8)     Orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja 
 menurut Buchori (Muslich, 2011 ) fungsi pendidikan karakter adalah fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi 
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3. fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik menjadi baik.

2.1  Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial  yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

2.2  Ciri-Ciri Kenakalan Remaja
Ada beberapa ciri-ciri anak yang melakukan kenakalan remaja seperti (1) ngebut, (2) pornografi, (3) pengrusakan barang rang lain, (4) geng, (5) berpakaian sembarangan, dan (6) mengganggu orang lain. Berikut ini penjelasan mengenai ciri-ciri kenakalan remaja yang sekarang sedang marak terjadi.
(1)     Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mengganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.
(2)     Peredaran pornografi di kalangan pelajar, baik dalam bentuk gambar-gambar cabul atau tidak senonoh, majalah dancerita porno yang dapat merusak moral anak, sampai perdaran obat-obat perangsang nafsu seksual, kontrasepsi penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya.
(3)     Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.
(4)     Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.
(5)     Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, misal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.
(6)     Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dijahili.

2.3  Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja antara lain adalah (1) keluarga, (2) pergaulan, (3) pendidikan, dan (4) waktu luang. Secara rinci penjelasan masing-masing faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja tersebut sebagai beriku.
(1)     Keluarga
Hal inilah yang paling rentan . kenapa paling rentan ? Keluarga merupakan tempat pertama kali anak dididik dan ditempa . Cara pendidikan yang diterapkan oleh orang tua akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak di masa yang akan datang . Namun cara mendidik disini tidak terlalu otoriter , tegas , permisif , maupun demokratis melainkan cara pendidikan tersebut digunakan secara seimbang dan sesuai kebutuhan .
Apabila orang tua terlalu otoriter dan tegas maka anak dan remaja akan berusaha mencari – cari celah utuk melakukan pemberontakan maupun perlawanan-perlawanan dalam bentuk yang lain dari anak sebagi sikap protes atas tindakan orang tuanya .
Orang tua yang terelalu permisif maka membuat sang anak akan berusaha mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang sebagaian besar pada akhirnya baik disadari maupun tidak oleh remaja mereka  akan menjurus ke dalam kenakalan remaja maupun ada yang lebih parah ke dalam tindak krimnalitas .
Kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis juga akan sulit dilakukan karena jika hanya berdemokrasi maka anak akan terbiasa mengeluarkan pendapat semaunya tanpa melihat kondisi orang sekitar dan bahkan akan terbawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa .
Selain cara mendidik ada faktor lain yang dapat memicu kenakalan remaja ini yaitu perhatian yang diterima remaja . Perhatian ini sangat berpengaruh karena semaikin rendah perhatian yang diterima maka kecenderungan timbulnya kenakalan remaja akan semakin tinggi .  Yang mempengaruhi besar kecilnya perhatian yang diterima remaja antara lain pekerjaan orang tua , keutuhan keluarga , dan hubungan keluarga dengan lingkungan .
Pekerjaan orang tua akan sangat berpengaruh kepada perkembangan remaja . Orang tua yang sibuk untuk mencari nafkah di luar rumah dan kurang memperhatikan perkembangan anaknya akan menyebabkan kurangnya perhatian yang akan diterima oleh remaja tersebut . Kurangnya perhatian inilah yang mendorong remaja untuk mencari sensasi dengan cara melakukan perbuatan yang menyimpahg .
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga . Hal ini dikarenakan dengan kurang utuhnya keluarga perhatian yang akan diterima remaja akan semakin rendah . Yang secara otomatis akan memicu kenakalan remaja .
Hubungan keluarga dengan lingkungan akan berpengaruh besar kepada perkembangan remaja . Keluarga yang tidak diterima oleh lingkungan akan menyebabkan kenakalan remaja akan meningkat di keluarga tersebeut sebagai akibat terkekangnya  dan terhambatnya akses informasi remaja terhadap lingkungan sekitar .

(2)     Pergaulan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.
Pengaruh kawan ini memang cukup besar.. Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu, orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi orangtuanya.
Kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk, penipu, dan pelanggar hukum.
(3)     Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas orangtua kepada anak Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu, perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini penting untuk menjaga agar pendidikan Agama yang telah diperoleh anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah. Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia. Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan orangtua memilih agama serta alasan seorang anak harus mengikuti agama orangtua.
Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut, tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
(4)     Waktu luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja, ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan keluarga dapat berupa melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble, monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan lain sebagainya.

2.4  Peran Orang Tua
Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya dapat memberikan langkah konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua guna mencegah dan menangani masalah ini yaitu (1) kasih sayang, (2) kebebasan, (3) pergaulan anak, (4) pengawasan pada media, (5) bimbingan, (6) pembelajaran agama, (7) dukungan pada hobi, dan (8) orang tua sebaga tempat berkeluh kesah. Adapun penjelasan lebih rinci dari peran orang tua tersebut adalah sebagai berikut.
(1)     Pemberian kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
(2)     Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Contohnya: orang tua boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan orang tua dia telah melewati batas yang sewajarnya, orang tua sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
(3)     Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila orang tua membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
(4)     Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
(5)     Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
(6)     Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
(7)     Orang tua perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah orang tua mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
(8)     Orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

fungsi pendidikan karakter dalam mengatasi kenakalan remaja 
 menurut Buchori (Muslich, 2011 )  fungsi pendidikan karakter terdiri atas tiga fungsi yaitu :
1. fungsi rehabilitasi 
fungsi rehabilitasi merupakan upaya memperbaiki perilaku yang tidak baik menjadi baik.
2. fungsi pengembangan yaitu upaya upaya meningkatkan kemampuan anak dengan memberikan pelayanan
3. fungsi antisipasi yaitu pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk karakter remaja sehingga mampu membedakan perilaku yang tidak baik menjadi baik.
pada fungsi rehabilitasi, indikator pendidikan karakter dapat dikatakan mengatasi kenakalan remaja yaitu 
 1. pendidikan karakter yang diterapkan berdampak pada pengurangan jumlah anak yang melakukan kanakalan remaja
 2. terjadi perubahan perilaku anak yang berperilaku negatif menjadi lebih baik
3. remaja memahami segala peraturan yang berlaku disekelilingnya
4. pandangan remaja terhadap hukum atau aturan disekelilingnya menjadi positif